Sejak puluhan tahun lalu gudeg telah menjadi masakan khas Jogja paling populer. Tak hanya sentra gudeg, hampir setiap sudut kota menyajikan masakan berbahan baku nangka muda ini. Gudeg kering pun menjadi salah satu oleh-oleh yang paling banyak dicari.
GUDEG KERING, GUDEG BASAH, DAN GUDEG MANGGAR
Mungkin bagi kebanyakan orang, gudeg adalah gudeg. Namun sebenarnya ada 3 jenis gudeg yang berbeda; gudeg basah, gudeg kering, dan gudeg manggar. Gudeg basah disajikan dengan kuah santan nyemek yang gurih dan banyak diburu untuk menu sarapan pagi. Gudeg jenis ini dapat ditemukan di sepanjang Jalan Kaliurang kawasan Barek, Gudeg Batas Kota (Jl. Adisucipto depan Saphir Square) atau mbok-mbok penjual gudeg di pasar-pasar tradisional.
Gudeg kering dimasak dalam waktu yang lebih lama hingga kuahnya mengering dan warnanya lebih kecoklatan. Rasanya juga lebih manis. Gudeg jenis ini bisa tahan hingga 24 jam atau bahkan lebih jika dimasukkan ke dalam lemari es sehingga banyak diburu orang sebagai oleh-oleh. Biasanya penjual mengemasnya dalam kardus, besek (kardus dari anyaman bambu) atau kendil tanah liat.
Selain gudeg nangka muda, Jogja juga memiliki gudeg manggar. Manggar alias bunga kelapa menghasilkan sensasi kelezatan tersendiri pada sajian kuliner ini. Bunganya terasa crunchy sementara tangkainya sekilas memiliki rasa mirip jamur tiram. Semakin terbatasnya persediaan manggar menyebabkan kuliner ini semakin susah ditemukan. Beberapa penjual terpaksa menutup warung dan hanya melayani pemesanan saja. Hanya beberapa tempat yang masih bertahan seperti beberapa kawasan di daerah Bantul.